Senin, 30 November 2009

Symbol Of Banten



I will tell to U about symbol of Banten Province. however I not come from this Province before, but I Will find it as my next life because I will be person which will company banten society in make a new idea. hehe...

The form of Banten Province's sign is shield, painted a front gate/gateway. at the middle, there is picture of Agung Banten mosque's tower which around by rice plant and cottons in it's left and right. At the bottom, there is picture of water wave and serration and it's middle there is soekrno Hatta Air Port base.

The meaning of sign:
Mosque dome simbolize the culturea of religius society. str which have five corners mening "Ketuhanan Yang Maha Esa". Agung Banten Mosque's tower simbolize the high spirit which be guided by to Allah SWT.

Gateway simbolize that Banten as front gate of world civilization, economic matter, and trafic to o to globalizatoin era.

Seventeen yellow rice plants and eigh white cottons, four brown sheats, and five flowers bud ready to open simbolize freedoom of Indonesia.

Black mountain simbolize the natural riches

Sundanese rhinoceros simbolize that Banten society aren't retreat in build the righness. the blue sea with seveteen white waves simbolize maritime territory which rich with it's sea potential.

Grey serration which the amounts simbolize orientation of work spirit to construction and industrial sector.

Two white "marka" lines indicte Soekrno-Hatta air port base, the yellow circular lamp (beacon light) simbolize spirit to take idea.

Yellow brand simbolize unity Banten society


meaning of colours:
red : bravery
white : purity, wise,able
yellow : sublime, lofty
black : strength
grey : firmness
blue : peacefulness
green : fertility
brown : prosperuos, rich

I find a unique something. Many people say that Banten society are not friendly. but it will back to how we want to know them farer.

UAS MINITAB_Kemurnian Sampel

One-way ANOVA: Kemurnian versus Sampel

Analysis of Variance for Kemurnia
Source DF SS MS F P
Sampel 4 6.208 1.552 11.09 0.000
Error 15 2.100 0.140
Total 19 8.308
Individual 95% CIs For Mean
Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev ---------+---------+---------+-------
a 4 98.800 0.082 (----*-----)
b 4 99.000 0.294 (----*-----)
c 4 98.600 0.245 (-----*----)
d 4 97.800 0.688 (-----*-----)
e 4 99.500 0.271 (----*-----)
---------+---------+---------+-------
Pooled StDev = 0.374 98.00 98.70 99.40

hipotesa : Karena P < Alpha, maka TOLAK ho


One-way ANOVA: Kemurnian versus Sampel

Analysis of Variance for Kemurnia
Source DF SS MS F P
Sampel 4 6.208 1.552 11.09 0.000
Error 15 2.100 0.140
Total 19 8.308
Individual 95% CIs For Mean
Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev ---------+---------+---------+-------
a 4 98.800 0.082 (----*-----)
b 4 99.000 0.294 (----*-----)
c 4 98.600 0.245 (-----*----)
d 4 97.800 0.688 (-----*-----)
e 4 99.500 0.271 (----*-----)
---------+---------+---------+-------
Pooled StDev = 0.374 98.00 98.70 99.40

Tukey's pairwise comparisons

Family error rate = 0.0500
Individual error rate = 0.00747

Critical value = 4.37

Intervals for (column level mean) - (row level mean)

a b c d

b -1.0176
0.6176

c -0.6176 -0.4176
1.0176 1.2176

d 0.1824 0.3824 -0.0176
1.8176 2.0176 1.6176

e -1.5176 -1.3176 -1.7176 -2.5176
0.1176 0.3176 -0.0824 -0.8824




One-way ANOVA: Kemurnian versus Sampel

Analysis of Variance for Kemurnia
Source DF SS MS F P
Sampel 4 6.208 1.552 11.09 0.000
Error 15 2.100 0.140
Total 19 8.308
Individual 95% CIs For Mean
Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev ---------+---------+---------+-------
a 4 98.800 0.082 (----*-----)
b 4 99.000 0.294 (----*-----)
c 4 98.600 0.245 (-----*----)
d 4 97.800 0.688 (-----*-----)
e 4 99.500 0.271 (----*-----)
---------+---------+---------+-------
Pooled StDev = 0.374 98.00 98.70 99.40

Dunnett's comparisons with a control

Family error rate = 0.0500
Individual error rate = 0.0156

Critical value = 2.73

Control = level (b) of Sampel

Intervals for treatment mean minus control mean

Level Lower Center Upper ----------+---------+---------+-------
a -0.9216 -0.2000 0.5216 (------*------)
c -1.1216 -0.4000 0.3216 (------*------)
d -1.9216 -1.2000 -0.4784 (------*------)
e -0.2216 0.5000 1.2216 (------*------)
----------+---------+---------+-------
-1.0 0.0 1.0


Tukey's pairwise comparisons

Family error rate = 0.0500
Individual error rate = 0.00747

Critical value = 4.37

Intervals for (column level mean) - (row level mean)

a b c d

b -1.0176
0.6176

c -0.6176 -0.4176
1.0176 1.2176

d 0.1824 0.3824 -0.0176
1.8176 2.0176 1.6176

e -1.5176 -1.3176 -1.7176 -2.5176
0.1176 0.3176 -0.0824 -0.8824

Kesimpulan :
1. Karena P < Alpha, maka Tolak Ho
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kemurnian di dalam sampel

2. Dengan Uji Dunnet yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan sampel apakah signifikan/tidak, diketahui :
b

a TBN

c TBN

d BN

e TBN

Dengan Uji Tukey yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan sampel apakah signifikan/tidak, diketahui :
a b c d

b TBN

c TBN TBN

d BN BN TBN

e TBN TBN BN BN

kesimpulan:
1. dengan uji dunnet dikethui bahwa jumlah data yang tidak berbeda nyata lebih banyak sehingga disimpulkan perbedaan sampel tidak
signifikn
2. dengan uji tukey's,pun jumlah data yang tidak berbeda nyata lebih bnyak sehingga disimpulkan perbedaan sampel tidak signifikan.

UAS MINITAB_QU

One-way ANOVA: Efek versus Macam Limbah
Ho = tidak berbeda nyata
H1 = berbeda nyata
HIPOTESA:
jika PAnalysis of Variance for Efek
Source DF SS MS F P
Macam Li 4 13105 3276 7.91 0.000
Error 45 18636 414
Total 49 31741
Individual 95% CIs For Mean
Based on Pooled StDev
Level N Mean StDev -------+---------+---------+---------
K 10 86.80 11.15 (-----*------)
L 10 75.30 19.87 (------*-----)
M 10 62.70 23.57 (-----*------)
N 10 55.30 24.82 (------*-----)
P 10 39.80 19.50 (------*-----)
-------+---------+---------+---------
Pooled StDev = 20.35 40 60 80

Fisher's pairwise comparisons

Family error rate = 0.276
Individual error rate = 0.0500

Critical value = 2.014

Intervals for (column level mean) - (row level mean)

K L M N

L -6.83
29.83
(TBN)

M 5.77 -5.73
42.43 30.93
(BN) (TBN)

N 13.17 1.67 -10.93
49.83 38.33 25.73
(BN) (BN) (TBN)

P 28.67 17.17 4.57 -2.83
65.33 53.83 41.23 33.83
(BN) (BN) (BN) (TBN)

kesimpulan:

dari hasil uji fisher diatas, maka didapatkan nilai Pdisimpulkan bahwa macam limbah yang berbeda memberikan efek yang berbeda-beda.

Selasa, 10 November 2009

Beberapa alat di laboratorium AKA

KOLORIMETER
(membandingkan warna sampel dengan standar untuk mencari kadar kandungan senywa tertentu dlam sampel)

pH METER
(mengukur derajat keasaman suatu larutan)
EKSIKATOR
(pendingin sampel)


SPEKTROFOTOMETER
(alat untuk mngukur kadar senyawa dalam sampel)


KONDUKTOMETER
(alat untuk mngikur daya hantar listrik (DHL)



Rabu, 04 November 2009

Desain Instalasi Pengolahan Limbah Cair


hmmm...udah 2 minggu nih pusing ngedesain IPAL..mpe hampir ambruk nih nyari-nyari materi di literatur. begitu banyak buku yang diserap, tapi yang nyangkut cuma nih. meskipun dikit tapi lumayan lah...

"Limbah merupakan sisa hasil kegiatan industri yang umumnya mengandung senyawa-senyawa baik organik maupun anorganik yang dapat mencemari lingkungan jika konsentrasinya melebihi Baku Muu Lingkungan yang ditetapkan pemerintah, misalnya kep Men LH No.51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu Industri tahu, (BOD (Biological Oxigen Demand)=max 250 mg/L, TSS (Total Suspended Solid/total padatan) tersuspensi max = 250 mg/L), pH=6-9, dan debit (Q) maksimum = 20 L/Kg kedele.

Adanya seyawa organik terutama yang berasal dari bahan baku industri menyebabkan tingginya kadar BOD. BOD sendiri dijadikan sebagai salah satu Parameter Air Limbah karena mencerminkan tingkat banyaknya bahan organik sebagai pencemar dalam limbah cair. selain itu bahan lain seperti cuka (CH3COOH) menyebabkan limbah cair tesebut bersifat asam (pH 3,5-5,5). asam sebagaimana yang telah kita ketahui merupakan indikasi bahwa limbah tersebut bersifat korosif (menimbulkan karat pada benda/merusak kulit dan jringan tubuh lainnya) sehingga dikatakan berbahaya.

Bahaya yang ditimbulkan tidak hanya berrakibat terhadap kerusakan lingkungan tapi juga makhluk hidup yang mendiaminya. untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlua adanya penanganan/pengolahan Limbah cair. pengolahan Limbah cair ini tentu memerlukan suatu unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

DESAIN Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Sebelum mendesain unit Instalasi Pengolahan Air Limbah, seorang perancang harus terlebih dahulu menganalisis karakteristik limbah cair dan jenis pengolahan yang tepat.
Karakteristik tersebut mencangkup:
1. karakteristik fisika: warna, bau, suhu, pH, kekeruhan, padatan tersuspensi,
daya hantar Listrik, dll.
2. karakteristik kimia :
a. kimia organik : DO (Dissolved Oxygen)/Oksigen Terlarut yang merupakan
bagian dari BOD dan COD, karbohidrat, Fenol, Minyak
dan Lemak, surfaktan, dll.
b. kimia anorganik: Alkalinitas (Li, Na, K, Ca, Mg,dll), fosfor,dll
3. Karakteristik Biologi: flora, fauna, virus, alga, bakteri patoghen, jamur,
ganggang, dll.
Setelah kita memahami karakteristik Limbah cair tersebut, maka langkah selanjutnya adalah memilih jenis pengolahan yang tepat. dalam memilih jenis pengolahan, harus diperhatikan pula efisiensi pengolahan, Luas area yang tersedia, biaya, dan persyaratan khusus yang dipersyaratkan dalam jenis sistem pengolahan tertentu.
  • efisiensi pengolahan : misalnya pengolahan dengan koagulan berefisiensi 30-50%, aerasi 80-90%, anaerobik 70-80%, dan aerobik 80-95%.
  • Luas area : Luas area yang sempit lebih cocok untuk unit IPAL pengolahan limbah cair secara Anaerobik atau SBR (sequencing Bath Reaktor). lain halnya ketika area yang tersedia cukup luas. jika area yang tersedia cukup luas, maka jenis pengolahan yang baik adalah dengan lumpur aktif.
  • biaya : biaya merupakan satu kendala yang umumnya menghambat produsen untuk mengaplikasikan sistem pengolahan limbah. namun hal ini bukanlah kendala yang mutlak bagi produsen tersebut karena SBR telah ditemukan sebagai jenis sistem pengolahan yang sederhana namun efektif. hanya membutuhkan 1 bak saja untuk mengolah limbah dengan cara ini. cara ini merupakan perpaduan antara proses netralisasi, koagulasi, aerasi, dan sedimentasi. kendalanya mungkin lebih ke arah waktu tinggal yang lumayan lama, sekitar 16 jam.
  • persyaratan yang dipersyaratkan dlam jenis pengolahan tertentu, misalnya jika ingin mengolah limbah cair dengan ,metode aerobik harus dikondisikan hingga limbah memenuhi syarat-syarat berikut: pH 6,5-10,5 BOD Loding 85-170 kg/ha/m2, kedalaman bak maksimum 1 m, dan waktu tinggal 5-20 hari.
Setelah kita menentukan jenis pengolahan yang tepat dengan terlebih dahulu mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka langkah selanjutnya adalah mendesain bak-bak pengolahan. bak-bak disdesain sesuai jenis pengolahan yang telah dipilih. pengolahan yang dilakukan paa dasarya terdiri dari 3 tahapan:
1 pengolahan primer untuk menghilangkan padatan tersusupensi dan zat
organik tersuspensi.
2.pengolahan sekunder untuk menghilangkan zat organik terlarut
3.pengolahan sekunder untuk menghilangkan zat pencemar yang tidak
terlhilangkan setelah melalui tahapan pengolahan primer dan sekunder.

Dalam mendesain IPAL,sebelum mesuk ke tahpan pertama, harus dibuat dahulu bak penampung limbah yang disebut bak ekualisai. bak ini berfungsi untuk meratakan beban pencemr, pH, padatan tersuspensi, n memperkecil fluktiasi limbah sehingga dpat menghemat penggunaan bahan kimia dan koagulan dalam proses pengolahan primer.

Desain bak ekualisasi:
tentukan dahulu debit (Q) yang merupakan jumlah limbah yang dihasilkan dalam 1 hari., setelah itu tentukan waktu tinggal (T) yaitu berapa lama limbah tinggal dlam bak (berdasarkan literatur 2-24 jam), lalu cari volumenya dengn rumus: V=QxT

setelah didapat volume, tambahkan 10% untuk faktor keamanan. selanjutnya tetukan dimensi bak:
tinggi (h) = maksimum 2 meter,
jika bak yang akan dibuat berbentuk tabung, maka tentukan luas alanya dengn rumus La = V/h. setelah itu dari La akan dapat dicari jari-jarinya dan diametrnya. tambahkan freeboard sebagai faktor keamanan mencegah terjainya luapan. sehingga tinggi bak menjadi h+0,3 meter.

bak netralisasi-koagulasi (pengolahan primer)
sama seperti diatas. hanya harus dihitung dosis bahn kimia penetral dn koagulannya dalam g/m3 limbah.

bak sedimentasi (pengolahan sekunder)
untuk bak ini, harus diperhatikan SLR (Survace Loading Ratio) sebelum menentukan luas dan dimensi bak. gunakan rumus A=Q/SLR, dimana renang SLR adalah 0,05 hingga 0,3. A=luas alas bak, Q=debit. untuk pengolahan dengan lumpur aktif, harus memperhatikan rati F/M. F= food (jumlah nutrisi yang dibutuhkan mikroba untuk mengolah bahan organik, dan M= jumlah Mikroorganisme yang mendegradasi bahan organik dlam limbah., BOD Loading, dan MLSS (total padatan tersuspensi). rumus umumnya : F/M = (Qx Kadar BOD) / (volume bak x MLSS).


masih banyak lagi yang pengen ditulis dan pengn banget juga berbagi ilmu dengan rekan-rekan semua,,mpe ketemu di bahasan selanjutnya yaw............





Minggu, 01 November 2009

"Sanitasi LIngkungan" mata kuliah bebas kontaminan

hari ini hari dimulainya moment kuliah blok 2. hmmm ada mata kuliah baru nih. meskipun kedengarannya biasa aja. "sanitasi Lingkungan". tapi...saya rasa manfaatnya buat kita sekarang atau kelak akan terasa.
mungkin untuk gambaran umumnya sanitasi mata kuliah ini terkait masalah hygiene dan kebersihan.baru aja masuk....saya sudah mendapat tugas menyusun paper terkait sanitasi pangan...yang nantinya akan dipresentasikan. hari-hari saya di kampus membuat saya selalu bersentuhan dengan kimia dan lingkungan dengan karakter dosen yang higienis..yang mewarnai mata kuliah ini sehingga bebas kontaminan. tahu ga apa yang dikatakan tetangga saya minggu lalu saat saya pulang kampung?? "makin putih dan bersih aja nih!!" hehe...